HARI INI KONTES DANGDUT TPI BERAKHIR

Telah enam kali TPI menyelenggarakan acara musik dengan brand name “kontes dangdut TPI”. Telah banyak penyanyi dangdut remaja yang melejit dan dikenal secara luas dari ajang kontes tersebut. Kontes dangdut Tpi dapat dikatakan sebagai golden gate bagi pendatang baru penyanyi dangdut untuk masuk dan berkibar sebagai penyanyi dangdut papan atas Indonesia. Kiprah jebolan dari acara ini bahkan sudah mentas sampai kenegeri jiran Malaysia, Brunai dan Singapura. Dalam waktu kurang dari enam bulan mereka yang masuk dalam kontes ini akan lahir menjadi idola baru, bintang baru yang memiliki masa depan yang lebih baik dari hari-hari yang telah mereka lalui sebelumnya. Telah banyak yang beruntung dalam kontes ini. kita mengenal Siti Rahmawati dari Jakarta, Nassar dari Bandung dan Safarudin asal Makasar pada ajang KDI1, Gita asal Bandung, Adi asal Aceh dan Eka Bima dari Bima pada ajang KDI2; Lola asal Cirebon, Eni dari kota Surabaya dan Dedi dari Medan pada ajang KDI3; Nurdin dari Makasar, Frida dari Surabaya dan Widi dari Yogyakarta sebagai bintang KDI4, Vita dari Nganjuk Jawa Timur, Yopi dari Benkulu dan Dewi dari Bandung sebagai bintang KDI5, Fika dari Berau Kalimantan Timur, Adnan dari Polman Sulawesi dan Via dari Medan bintang KDI6. Kini mereka menjadi icon didaerahnya dan menjadi kebanggaan masyarakat luas, bagi mereka masih ada program lanjutan setelah mengikuti kontes, mereka diikat dalam satu kontrak untuk mengikuti sejumlah acara pertunjukkan musik dibeberapa kota besar di Indonesia dan setelah kontrak mereka berakhir dengan MNC mereka bebas berkreasi dan beraktifitas dalam berkeseniannya dalam berbagai event dan kesempatan. Beberapa diantara mereka ada yang mengembangkan karirnya menjadi pemain sinetron, menjadi bintang iklan dan menjadi presenter dan host dari berbagai acara di televisi.  

Tantangan untuk Programmer
Diluar sukses penyelenggaraan acara KDI6, ada beban bagi para programmer TPI acara tersebut popularitasnya terus menurun, hal ini terlihat dari kecilnya Tv Rating yang diperoleh dari setiap penayangannya. Tidak hanya itu animo peserta untuk mengikuti ajang kontes juga turun dari waktu ke waktu. Bila kita lihat pada tahun 2003 saat pertama kali acara ini ditayangkan animo masyarakat dari setiap kota seleksi sangat besar, mereka yang antri berbilang ribuan bahkan di kota Makasar, Surabaya, Bandung dan Jakarta bisa sampai dan lebih dari 5000 peserta. Pada penyelenggaraan kontes yang ke enam 2009 tidak satu episode pun yang masuk dalam 20 top rating acara televisi hasil survey dari lembaga survey independent Ac Neilson. Apakah acara ini sudah sampai ketitik jenuh ? dan sudah tidak layak untuk dilanjutkan pada agenda programa tahun 2010 ? Perlu kajian yang lebih mendalam untuk mencari sebab baik secara internal maupun secara eksternal. Perlu research audience untuk mengetahui apa yang membuat acara tersebut menjadi kehilangan daya tariknya dan perlu mensurvey selera penonton untuk mengetahui bagaimana dan seperti apa acara ini dikemas agar kembali memiliki daya saing dan daya tarik bagi siaran TPI dan juga penting untuk dilakukan diskusi dengan para sponsor karena musik dangdut selalu diidentifikasikan dengan masyarakat kelas menengah kebawah ini dan merupakan segmen terbesar dari kelas sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Sejak awal penayangan acara ini terlihat ada upaya meningkatkan image agar acara ini dapat menjadi acara yang juga dinikmati oleh masyarakat kelas atas. Namun sayang, kita melihat Tpi telah membuat saingan acara KDI dari dapurnya sendiri, dua acara musik dangdut yang menjadi pesaingnya adalah acara musik "dangdut mania" (dm) dan acara musik "dangdut mania dadakan" (dmd) yang semula didisain untuk mengisi kekosongan atau waktu jeda antara satu kontes kekontes KDI lainnya, kedua acara tersebut telah menggerus animo masyarakat penggemar musik dangdut. Kedua acara itu telah menggerus gengsi acara yang utama KDI. Argumen secara taktis dan ekonomis mungkin bisa menjadi pembenaran dari menayangkan acara tersebut, namun secara strategis dia telah membunuh acara yang menjadi icon dan yang menginspirasi lahirnya kedua acara selingan tersebut ditambah lagi dengan acara dengan jenis lagu yang sama yang ditayangkan oleh tv stasiun yang lain dan kadang dengan sajian yang lebih menarik. Kondisi tersebut diperparah dengan tidak terjaganya segment audience. Awalnya mdm dan dmd benar menarik untuk ditonton dan para agency iklan menempatkan produknya pada acara tersebut. Kreatifitas yang dikembangkan dengan berbagai segmen peserta dan kategori yang tidak lumrah telah menempatkan acara ini menjadi tayangan yang tidak memiliki tempat dimasyarakat. Para agency kehilangan buyer-nya karena terlalu rendahnya segmen status sosial dan ekonomi dari image acara yang disajikan. Melihat manfaat yang telah dirasakan dan acara ini telah terbukti menjadi golden gate bagi mereka yang tidak memiliki akses kemedia elektronik dan memiliki daya glamourous yang tinggi serta wadah bagi generasi muda yang sedang mencari identitas diri dalam berkesenian maka acara ini layak untuk terus dikembangkan dan dipertahankan. Sementara itu para agency iklan dan owner dari berbagai jenis industri dengan terget pasar yang sesuai dengan target audience TPI tidak perlu ragu untuk beriklan dan menjadi sponsor acara ini, karena melalui acara ini telah terbukti adanya peningkatan penjualan produk dari sebelum beriklan dan setelah beriklan dalam acara Kdi seperti yang pernah dituturkan oleh Direktur PT.Sidomuncul Irwan Hidayat, bahwa terjadi peningkatan sampai 30% dari penjualan produk Kuku Bima setelah beriklan dalam acara KDI, dan karenanya produk ini tetap menjadi sponsor utama setiap kali ajang kontes ini digelar dari tahun ketahun. Stake holder dari acara ini sebenarnya sama-sama diuntungkan dengan penyelenggaraan acara KDI; dan bersinergy dalam menyelesaikan beberapa persoalan baik konsep maupun teknis diharapkan menghasilkan kreatifitas untuk tetap mempertahankan acara ini kedepan. Hanya dengan kepala dingin dan mau menerima saran dari berbagai pihak yang peduli, dan meninggalkan ego pribadi maka kita percaya “tidak ada persoalan yang pelik yang tidak memilki jalan penyelesaiannya”. Kiat bagi seorang programmer adalah “bagusnya acara bukan karena saya suka, tetapi saya suka karena penonton menyukainya” maka bagi mereka yang berada dicore business ini tugas simple mereka adalah bagaimana membuat acara yang marketable yang memiliki daya penetrasi yang luas dengan masyarakat dan dalam satu tarikan nafas yang sama memiliki daya jual dengan industri dan agency. Dengan dimikian kita berharap tahun depan acara ini akan di lanjutkan dilayar kaca TPI.
Jkt.medio.agust.09.fn.felicityjournalism

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HOME INDUSTRI KULIT LUMPIA