MELIHAT DARI DEKAT KEGIATAN CSR TV BROADCAST


Pada tanggal 6 hingga 9 Oktober 2009, atau 16 Syawal 1430 H penulis berkesempatan mengunjungi kota Padang, yang pada tangal 30 September 2009 (11 Syawal 1430 H) dilanda Gempa dengan kekuatan 7.6 SR. Waktu selama 4 hari terasa sangat singkat untuk melihat dan mengunjungi semua daerah bencana, dan oleh karenanya tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan bencana secara keseluruhan dan semua aspek kehidupan masyarakat didaerah bencana. Lokasi bencana yang sempat dikunjungi diantaranya kota Padang, Padang Pariaman dan Danau Maninjau.
Bersama Rombongan dari TPI Peduli penulis memulai perjalanan menuju Sumatera Barat (Sumbar).Sesuai rencana pada tanggal 6 Oktober 09 tim Tpi sebanyak tiga personel (FN, Gina & Tommy) berangkat ke Sumatera Barat melalui kota Pakan Baru. Disana tim membeli sejumlah bahan makanan dan sejumlah kebutuhan hidup lainnya yang akan diserahkan kepada korban bencana gempaa. Tim berangkat dari Jakarta menggunakan pesawat Lion Air take off pukul 09.00 dan landing pkl 10.30 WIB di Pakan Baru. Tidak ada kesulitan berarti yang kami temui, karena semua bahan yang akan dibawa ke Sumbar telah dipesan di Makro Dep Store yang dikoordinasikan dari Jakarta. Setelah memeriksa quantity, jenis barang dan menyelesaikan pembayaran, proses berikutnya adalah loading barang bantuan kekendaraan truk yang akan membawa barang tersebut ke Sumbar. Perjalanan ke Sumbar sedikit terlambat karena tim Tpi peduli juga harus mencari beberapa kebutuhan untuk korban bencana yang dipesan oleh Global Tv. Selesai Sholat Magrib di perbatasan kota Pakan Baru dengan kabupaten Kampar tim Tpi peduli bergerak menuju daerah bencana alam Sumatera Barat. Perjalanan diperkirakan memakan waktu anatara 7 s/d 8 jam. Cuaca mendung tebal ketika kami memulai perjalan, rasa was-was akan kondisi jalan dan berita longsor yang diexpose di berbagai media mengalahkan rasa kantuk dan capek pada perjalanan hari pertama tim. Syukurlah hujan tidak jadi turun dan malam 17 Syawal 1430 H masih meninggalkan sepenggal cahaya yang menerangi langit sepanjang perjalanan kami dari Kabupaten Kampar menuju Kabupaten Agama di Sumatera Barat.
Meski guncangan gempa 7,6 SR terasa hingga ke Pakan Baru, syukurlah guncangan itu tidak merusak infra struktur transportasi, sehingga dapat dikatakan tidak ada hambatan sepenjang perjalanan hingga kami sampai di Payakumbuh kota pertama di Sumbar yang kami lewati. Kewaspadaaan kami meningkat ketika kendaraan yang kami tumpangi mulai memasuki Bukittinggi dan mulai menyusuri jalan menuju kota Padang. Rasa syukur kami semakin dalam ketika kami melihat bahwa aliran listrik telah berfungsi dan jalur transportasi telah normal, dan sepanjang jalan dari Bukittinggi hingga kekota Padang tidak ada jalan yang rusak (patah atau belah) akibat gempa. Benar ada longsor dan longsoran batu besar (seukuran mini bis) sebanyak 2 bongkahan, namun tidak mengganggu perjalanan karena bongkahan tersebut berada pada sisi bahu kiri jalan. Disepanjang jalan yang menghubungi kota Bukittinggi dan kota Padang hanya sedikit rumah penduduk yang kami lihat rusak dan hancur. Pukul 2.45 WIB dini hari perjalanan kami berakhir saat kami memasuki daerah Air Tawar di kawasan Tabing Sumatera Barat. Masih tersisa sedikit waktu untuk dapat tidur melepas penat sebelum matahari pagi terbit. Disini kami bergabung dengan tim RCTI Peduli yang telah lebih dahulu sampai di kota padang. RCTI Peduli membawa 6 dokter umum dan 6 dokter orthopedi serta 8 tenaga para medis yang didedikasikan untuk membantu penduduk kota padang dan sekitarnya yang memerlukan perawatan patah tulang dan penyakit umum lainnya. Pagi 7 Oktober 09, brifing untuk kegiatan hari ini. Pukul 9.15 WIB sebagian logistik Tpi Peduli telah bergerak menuju pelabuhan udara Tabing untuk dibawa menuju daerah bencana yang tidak dapat dijangkau dengan kendaraan darat dengan menggunkan heli copter TNI Angkatan Udara. Dua pesawat Heli TNI AU dikerahkan dan Sdr Tommy dari Tpi Peduli bertugas untuk menggambil foto serta seorang cameraman dari Sun TV untuk mengambil visual, terbang bersama tim dari angkatan udara. Tim lainnya bergerak menuju rumah sakit TNI AD, melihat beberapa pasien yang akan dioperasi oleh tim dokter bedah orthopedi yang dikoordinir oleh RCTI Peduli. Selepas waktu sholat Zuhur tim bergerak menuju transmisi RCTI-TPI dan Global TV di daerah Indarung. Tim mendapati beberapa bagian gedung pemancar rusak dan retak namun secara keseluruhan bangunan masih baik dan perlu sedikit perbaikan. Selesai Sholat Ashar, kami kembali menuju pusat kota dan tyempat yang kami tuju adalah Hotel Ambacang dan sekitarnya. Lokasi disekitar Hotel Ambacang dapat dikatakan sebagai pusat bencana untuk kota Padang, kami juga menyaksikan kerusakan Hotel Bumi Minang, Hotel Marini, Hotel Inna Muara dan beberapa hotel kecil lainnya disekitar wilayah tersebut. Setiap kali alat berat memindahkan bongkahan pada bangunan yang rubuh, terbersit secercah harapan dari keluarga yang mencari kerabatnya, mereka berharap masih ditemukan korban bagaimanapun kondisinya. Gempa telah menghancurkan dan merusak sebahagian besar bangunan bertingkat dikota padang, sebahagian lainnya merusak rumah penduduk khususnya didaerah kambung china. Cukup banyak bantuan mengalir kedarah ini dari berbagai LSM dan Organisasi Sosial. Ketika hari mulai gelap rombongan memutuskan untuk menuju ke Gurbenuran (rumah kediaman gubernur sumbar) untuk melakukan koordinasi dan mencari informasi daerah yang belum mendapatkan bantuan makanan dan pengobatan. 8 Oktober 09 sesuai dengan informasi yang diperoleh hari ini rombongan tim Tpi, RCTI dan Global Tv Peduli bergerak menuju Padang Pariaman, tujuan pertama adalak klinik darurat di Sicincin, dari sini kami mendapatkan informasi dari anggota marinir mengenai kondisidesa disekitar Padang Pariaman. Ketika perjalanan dilanjutkan menuju Jorong Cumanak di kecamatan Patamuan Padang Pariaman, kami mulai menyaksikan kekuatan gempa yang menghancurkan. 80% rumah penduduk dan menyisakan 20% lainnya dalam kondisi rusak sedang dan ringan. Masih ada 5 mayat yang belum ditemukan dibawah longsoran tanah didesa itu dan sejumlah besar penduduk terpaksa tinggal ditenda penampungan karena tidak memilik tenda sendiri untuk bernaung (pemda sumbar menganjurkan penduduk yang terkena bencana untuk tinggal dilokasi rumah mereka, pemda tidak menganjurkan untuk membuat tenda pengungsian bersama; hal ini untuk menghindari timbulnya masalah sosial yang lebih luas dan juga untuk mempercepat upaya rehabilitasi). Di Jorong Cumanak ini RCTI Peduli menggelar klinik pengobatan dan memberikan vitamin dan obat kepada masyarakat yang membutuhkan. Layanan kesehatan di Jorong Cumanak dan sekitarnya berakhir pada saat masuknya waktu sholat zuhur; dan tim melanjutkan perjalanan menuju danau maninjau. Matahari telah jauh condong kebarat saat kami sampai dikantor kecamatan Tanjung Raya untuk melakukan koordinasi dengan camat setempat. Tanpa membuang waktu lebih lama perjalanan kami lanjutkan menuju Jorong Galapuang. Perjalanan terhenti didesa ini karena jalan didepan kami dipenuhi tanah dan bongkahan batu tebing yang longsor memenuhi badan jalan. Upaya membersihkan longsoran masih berlangsung saat kami sampai dilokasi tersebut. Dalam suasana yang mulai gelap bantuan Tpi Peduli diserah terimakan kepada wali nagari setempat mewakili penduduk sekitar; terlihat rasa senang dan kegembiraan diwajah mereka melihat banyak dan beragamnya bantuan yang diberikan. Mewakili penduduk wali nagari di Jorong Galapuang mengatakan "inilah bantuan yang pertama kami terima secara langsung dari dermawan". Bersamaan dengan bantuan itu diserahkan juga bantuan dari Global Tv. Tidak banyak kata yang terucap dari mereka selain ucapan terimakasih dan harapan agar tetap didoakanagar bencana segera berlalu dan derita segera berakhir. Dalam perjalanan pulang rombongan berhenti di Mesjid Tua di tepi danau maninjau. Mesjid yang didirikan pada tahun 1907, mesjid yang dipergunakan oleh almarhum Buya Hamka semasa kecil dan belajar mengenai agama Islam sebelum menjadi Mubaligh (Ulama) besar Indonesia.     9 Oktober 09, hari terakhir sebelum kami meninggalkan kota Padang, kami memanfaatkan waktu yang tidak terlalu lama ini untuk melihat kegiatan bakti sosial tim dokter yang dikoordinir oleh RCTI peduli hingga siang hari. Banyak hal yang kami peroleh dari kegiatan banti sosial ini, dedikasi para dokter yang meninggalkan tugas dan mengabaikan pontensi pendapatan yang mungkin mereka terima selama sepekan untuk membantgu para korban bencana, kesediaan untuk menempuh jarak cukup jauh dengan fasilitas yang terbatas, dan keleluasaan layanan dari RCTI peduli agar kekompakan tim tetap terjaga, serta koordinasi dengan berbagai pihak terkait yang memudahkan tugas dapat dilaksnakan dengan lancar dan baik. Pada pukul 15.00 penuli dan rombongan sampai di Bandar Udara Buni Managkabau, bandar udara kebanggaan urang minang; tidak ada kerusakan yang berarti terlihat dibandara tersebut, proses administrasi kelihatan berjalan lancar, satu-satunya kerusakan yang terlihat adalah jatuihnya sebahagian plafon dari pengaitnyan(cantelannya). Jumlah penumpang pesawat sore hari itu kelihatan sangat padat dan antrian panjang terjadi saat masuk keruang tunggu pemberangkatan. Tinggal beberapa jam lagi kami meninggalkan Bumi B=Minang, sedikit oleh-oleh perlu dibawa untuk keluarga di Jakarta, Alhamdulillah kerupuk maco yang menjadi kegemaran penulis sekeluarga masih tersedia, satu atau dua bungkus cukup untuk sekedar buah tangan untuk dibawa pulang.
Jkt.14.okt.09.fn.felicityjornalism.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HOME INDUSTRI KULIT LUMPIA