OPTIMIS DITENGAH BENCANA

Banyak hal menarik yang saya lihat selama berada di Sumatera Barat, 6 hari setelah gempa dengan kekuatan 7,6 SR melanda kota Padang dan sekitarnya. Banyak tempat yang sudah saya kunjungi yang berkaitan dengan musibah bencana alam, namun ada perbedaan besar yang saya temui bagaimana masyarakat Minang menghadapi bencana alam gempa bumi yang melanda daerah mereka.
Perbedaan itu adalah pada “semangat survival”, atau semangat mempertahankan kelangsungan hidup. Orang Minang dikenal dengan keuletannya dalam mencari penghidupan dan dalam situasi yang sulit serta serba terbatas seperti suasana dalam bencana ini keuletan itu tetap terlihat dengan jelas. Ditengah reruntuhan, didalam tenda pengungsian ditempat-tempat luang yang memungkinkan, dalam derita dan dalam keterbatasan, terlihat jelas daya juang masyarakat Minang untuk mempertahankan hidup. Meski mereka sangat membutuhkan bantuan dan pertolongan secara sosial, material dan ekonomi, namun tidak berarti mereka hanya menadahkan tangan, . Mereka tetap berupaya untuk mendapatkan penghasilan dengan berdagang seperti kebanyakan profesi yang dikerjakan oleh orang Minang. Bagi mereka, meski sebungkus atau dua bungkus rokok yang terjual, satu atau dua botol minuman yang dibeli orang, tidak membuat mereka berputus asa, optimisme terpancar diwajah mereka, bahwa masih ada rezeki yang mereka peroleh dan yang mereka syukuri hasil kerja mereka pada hari itu.
Saat malam mulai menjelang pada sudut kota yang lain terlihat kesibukan para pedagang kecil yang mulai membuka dagangan mereka, seperti pedagang nasi dan mie goreng yang juga menjual soft drink dan jus buah. Pada sisi kota yang lain terlihat penduduk yang berdagang berbagai jenis gorengan seperti pisang goreng, ubi goreng, singkong goreng, tahu goreng, tape goreng dan godok-godok. Mereka membuka dagangannya sampai jauh malam. Dalam perjalanan kami dari Bukittinggi menuju Kota Padang juga terlihat cukup banyak penduduk yang membuka dagangannya sampai dini hari. Saat pagi hari ketika saya menyusuri jalan kecil didaerah perumahan di daerah Air Tawar saya menemui beberapa penduduk yang menjual makanan untuk sarapan pagi khas daerah Minang seperti ketupat sayur dan lotek. Cukup banyak yang membeli makanan tersebut dan satu dua terlihat para relawan juga ikut duduk dan antri membeli makanan tersebut.
Bagi mereka yang mencari tempat makan yang representative dan nyaman seperti restoran-restoran besar mungkin sulit menemukannya disaat bencana, karena banyak dari restoran besar tersebut mengalami kerusakan dan bila tidak rusak belum bisa membuka usaha dagangannya karena pekerja atau karyawannya belum bisa bekerja dengan berbagai sebab dan alasan. Namun bagi mereka yang tidak terlalu memilih tempat makan sebenarnya banyak kemudahan untuk memperoleh makanan di Kota Padang. Bagi saya terasa belum lengkap sampai dikota Padang bila belum minum teh talua (teh telur), dan Alhamdulillah saya tidak menemui kesulitan untuk mendapatkan minuman tersebut.
Dengan semangat yang tinggi dan daya juang untuk Mempertahankan hidup yang sudah teruji saya yakin dalam waktu yang tidak terlalu lama, kehidupan dikota padang akan segera pulih kembali. Perlu ada kerja besar untuk memperbaiki berbagai fasilitas umum yang rusak dan perlu ada kontrol/pengawasan dalam proses rekonstruksi agar proses rehabilitasi memenuhi standard mutu daerah bencana yang telah ditetapkan, semua itu akan dapat berjalan karena orang Minang sadar benar bahwa pada akhirnya mereka jua lah yang akan menanggung beban bila tidak mengikuti saran yang dianjurkan untuk menjaga Keselamatan diri mereka sendiri.
Jkt.14.Okt.09.fn.felicityjournalist

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HOME INDUSTRI KULIT LUMPIA