GEMPA DI PADANG DAN SEKITARNYA.

Duka yang mendalam mendera semua masyarakat Minang diperantauan, mereka berduka karena kampung halaman, negeri yang mereka sayangi dan cintai terkena musibah. Pukul 17.16 WIB tanggal 11 Syawal 1430 H atau 30 September 2009  Gempa dengan kekuatan 7,6 SR mengguncang Padang Pariaman; dan kota Kota Padang adalah kota besar terdekat dengan pusat gempa, yang mengalami kerusakan terparah.
Tidak ada seorangpun yang tahu bila musibah akan datang, sehingga tidak seorangpun yang siap menghadapinya. Kepanikan selalu mewarnai setiap kali bencana itu datang, dan tidak seorangpun yang siap menghadapi perubahan yang sangat drastis dalam hidupnya, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan keluarga, kehilangan rumah, kehilangan harta dan sumber pencaharian hidup, terjadi dalam waktu yang bersamaan dalam satu tarikan nafas yang sama. Gempa yang terjadi pada sore hari Rabu disusul dengan hujan lebat yang mendera wilayah itu hingga pagi subuh hari kamis, putusnya aliran listrik dan saluran komunikasi menyempurnakan penderitaan warga kota padang dan pariaman. Sulit membayangkan pada sore hari itu bagaimana asa warga kota menghadapi musibah besar yang melanda mereka. Betapa banyak mereka yang terhimpit reruntuhan, terluka, shock yang berharap bantuan harus berpacu dengan waktu karena hanya beberapa jam setelah gempa itu hari mulai gelap, malam menjelang dan asa pun pupus, lokasi bencana semakin gelap gulita karena gelapnya malam semakin pekat, sementara itu aliran lisrtrik mati dan jaringan telepon tidak berfungsi. Dalam kegelapan malam itu disetiap sudut kota hanya terdengar isak tangis mereka yang kehilangan tempat bernaung, tangis bayi yang kehilang Ibu nya, Anak yang kehilangan orang Tua mereka, luka yang belum terobati, dan cemas yang menggayuti hati memikirkan bagaimana hidup akan dijalani setelah bencana.
Ketika matahari pagi muncul, kabar yang kita terima 200 orang lebih meninggal dunia, ratusan lainnya masih terjebak dilokasi bencana terbaring tidak berdaya, sementara itu langkah relawan terlihat bergegas menuju ketempat-tempat korban memerlukan bantuan, mengerahkan segenap tenaga, berharap banyak yang dapat diselamatkan, berharap bantuan memberi arti bagi kelangsungan hidup korban, berharap yang pulang kerahmatullah segera dapat dikebumikan, yang haus segera mendapat minuman yang lapar segera mendapatkan makanan, yang terluka segera dapat diobati, yang sakit segera mendapatkan perawatan, yang kehilangan rumah mendapatkan tempat bernaung, asa yang pupus segera berlalu.
Semua tenaga dikerahkan, semua upaya dilakukan, agar tangis segera berhenti, duka segera berlalu dan yakinlah bahwa dunsanak diperantauan tidak berdiam diri menghadapai musibah ini.
Kegundahan dan kegelisahan warga dikampung halaman juga mendera warga minang yang hidup diperantauan ditempat yang jauh dari kampung halaman. Hari rabu malam menjadi malam paling panjang bagi mereka, malam yang dipenuhi kegelisahan karena mereka belum mengetahui keadaan keluarga mereka dikampung halaman, berulangkali hand phone dan saluran telepon lainnya dicoba untuk menghubungi sanak saudara, keluarga dan kerabat namun tidak ada yang berhasil. malam hari Rabu itu lebih banyak air yang tercurah kebumi, derasnya air hujan bercampur dengan derasnya air tangis derita yang mendera warga yang terkena bencana, dan begitu juga derai air mata warga minang diperantauan yang melantunkan doa bagi saudara, sanak keluarga, handaitolan dan untuk semua dunsanak dikampung halaman diranah minang, semoga Allah memberikan kesabaran kepada semua korban, ditenangkan hatinya, ditenangkan jiwanya, diampunkan dosa dan dimudahkan semua urasannya.
Tiada terhingga ucapan terimakasih, kepada setiap mereka yang prihatin atas musibah ini,  kepada mereka yang mengulurkan tangan berderma membantu meringankan derita, kepada mereka yang menyingsingkan lengan baju, meringankan langkah untuk menjadi relawan membantu korban, dan kepada mereka yang menyampaikan do'a kepada Roobul'alamin, Allah Yang Maha berkehendak agar bencana dan musibah segera berlalu, derita segera berakhir, bencana tak lagi mendera negeri ini dan semoga Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang memberikan keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian kepada penduduk negeri ini.
Ya.. Allah yang Maha Pengampun dan penerima Taubat, ampunilah dosa dan terimalah taubat kami dan masukkanlah kami kedalam golongan hamba-hamba Mu yang takut akan murka Mu, lindungilah kami dari mara bahaya, bencana dan mala petaka, karena kami menyadari bahwa kami adalah makhluk Mu yang lemah, yang tak kuasa melawan murka Mu dan takdir buruk yang engkau timpakan kepada negeri dan kepada siapa yang engkau kehendaki dan sesungguhnya kami mengharapkan Rahman dan Rahim Mu wahai yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Jkt.1.Okt.09.fn.felicityjornalism

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HOME INDUSTRI KULIT LUMPIA