TV BROADCASTING MANAGEMENT


Pendahuluan
Hari Rabu tanggal 9 bulan 9 tahun 2009 oleh banyak orang dijadikan sebagai hari istimewa yang sarat dengan aroma mistik. Penyebabnya adalah pada angka triple 9 (999). Ada yang mempercayai bila anaknya lahir atau dilahirkan (maksa dgn Caesar) bertepatan dengan tanggal 9, bulan 9 dan tahun 09 tersebut rezekinya akan banyak, akan menjadi orang hebat, menjadi anak pintar dan harapan-harapan lainnya; dengan keyakinan yang sama banyak juga yang menjadikan hari itu sebagai hari pernikahan, hari meresmikan proyek, hari jadian pacaran dan lainnya. Mungkin terinspirasi pada moment 999 pada siang yang panas karena teriknya sinar matahari dibulan Ramadhan 1430 H, Managing Director (MD) salah satu tv swasta yang berkantor di Jakarta mencoba menyiasati persoalan yang sedang mereka hadapi dengan mengadakan rapat, siapa tahu angka 999 juga memberikan inspirasi untuk keluar dari kemelut yang sedang menimpa stasiun tv yang dipimpinnya. Sangat beralasan rasa gundah bergayut diwajah sang MD, karena data yang dikeluarkan oleh AC Neilsen menunjukkan popularitas Stasiun tv yang dipimpinnya terus menurun atau dengan kata lain adanya kecendrungan yang konsisten terhadap turunnya minat orang menonton acara yang disiarkan dari stasiun tv tersebut, yang dalam satu tarikan nafas yang sama akan berdampak menurunnya minat para agency (pengiklan) untuk beriklan. Bila hal itu terjadi tidak sedikit biaya yang dibutuhkan untuk kembali keposisi semula. Betapa pentingnya penonton bagi tv broadcasting karena penonton adalah indicator utama untuk menilai keberhasilan programmer, creator acara dalam melaksanakan tugas mereka, sementara itu penonton memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk menerima dan menolak apa yang ditawarkan oleh industri broadcast kepada mereka hanya dengan satu ujung jari mereka; satu kekuasaan yang absolute dalam persaingan yang sangat terbuka dan pada pilihan yang sangat luas.

Industri Broadcast
Tv Broadcast merupakan industri yang unik, industri yang sangat berbeda dengan industri lainnya. Industri dengan biaya operasional termahal dalam kategori media massa. Oleh karenanya dalam mengelolanya juga tidak sama dengan industri lainnya, management glodok atau manajemen jual barang dapat untung seketika tidak cocok, manajemen gaya sopir metromini yang tancap gas bila lawan sudah dekat juga tidak bisa, gaya manajemen tukang cukur yang merasa pandai sendiri juga tidak tepat karena tv broadcast adalah kerja collaborative kerja tim (broadcasting is a team), kerja bersama, bukan sama-sama kerja karena kalau sama-sama kerja belum tentu yang dikerjakan untuk kemajuan bersama. Mengelola Tv Broadcast tidak sama dengan mengelola perusahaan manufaktur, food industry, automotive, bank atau jasa lainnya, bahwa akhirnya setiap industri atau usaha jasa berujung untuk mendapatkan profit adalah benar, tetapi tidak sama cara untuk memperoleh keuntungan dari usaha broadcasting. Pembeda utamanya adalah pada produk yang dijual. Pada Industri automotive yang dijual adalah kendaraan dari berbagai jenis yang secara fisik dapat dilihat dipegang dan saat transaksi ada barang yang dibawa atau diperoleh dari sejumlah uang yang dikeluarkan, demikian pula pada industri jasa mereka menjual “layanan” seperti hotel, bank, transportasi, sambungan telepon ada jasa layanan yang diperoleh atau yang dinikmati konsumen dari pengorbanan yang mereka keluarkan. Dalam industri broadcast commercial ada tiga komponen yang satu sama lainnya saling terkait; komponen itu adalah lembaga Tv Broadcasting; Penonton dan Pengiklan atau advertising agency. Keterkaitannya Tv Broadcast commercial hidup dari biaya penayangan iklan, para advertising (adv) agency hanya mau mengiklankan produk client-nya pada acara yang memiliki tv rating yang tinggi, tv rating yang tinggi hanya didapat dari acara yang bermutu dan sesuai dengan selera pasar. Untuk membuat acara yang bagus diperlukan kreatifitas dan biaya yang relatif besar. Penonton menempati posisi strategis karena tv broadcast membutuhkan mereka dan adv agency juga membutuhkan mereka. Penonton membutuhkan tv broadcast untuk mendapatkan hiburan, informasi dan pengetahuan, maka tugas broadcaster adalah menyajikan acara yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan penonton dan menarik untuk disaksikan atau ditonton. Keberhasilan itu akan mengundang adv agency untuk memasang iklan dan itu berarti income bagi tv broadcasting. Dengan demikian tantangan terbesar bagi seorang broadcaster adalah membuat acara yang gemari dan ditonton oleh orang banyak.  

Programmer
Seperti yang telah dikemukakan bahwa membuat acara yang digemari dan ditonton oleh banyak orang adalah tugas utama seorang programmer dimanapun Ia bekerja; dalam kalimat yang lain dapat dikatakan bahwa tugas seorang programmer adalah membuat acara yang marketable (laku dipasaran/ditonton oleh orang banyak) dan saleable (laku dijual kepada adv agency). Gareth Price mantan direktur BBC mengatakan “… the basic mission of the managerial team should be the same – to make quality programmes for selected target audiences.” Tidak mudah membuat acara-acara yang berkualitas sekaligus juga menarik untuk ditotnton dan laku dijual, untuk mewujudkannya terkadang melalui proses yang panjang dan melelahkan terlebih lagi masalah uang dan birokrasi seringkali menjadi sandungan yang sulit diatasi. Sementara itu, waktu terus berjalan dan keputusan yang cepat perlu segera diambil dan dalam management ada ungkapan “fast decision high risk”, oleh karenanya diperlukan informasi yang lengkap dan cepat sebelum keputusan dibuat. terkadang seorang broadcast harus bermain dengan instinknya untuk mendapatkan acara bagus dan menghasilkan tv rating yang tinggi. Sebagai contoh, tidak ada data dan pengalaman sebelumnya bahwa sinetron Mahabarata dari India akan Sukses ditayangkan di TPI, dan hanya sedikit sekali dari segi populasi etnik India yang bermukim di Indonesia, dari segi content, acara tersebut sarat dengan pesan moral agama Hindu dan penduduk Indonesia adalah penganut agama Islam terbesar di dunia, tidak ada argument yang kuat untuk membeli dan menayangkan seri Mahabarat dan menghasilkan income yang besar dari iklan. Namun intuisi programmer berkata lain, bahwa penduduk Indonesia benar mayoritas beragama Islam tetapi agama Hindu bukanlah Ancaman bagi pemeluk agama Islam di Indonesia (penjelasan mengenai hal ini akan disampaikan dalam artikel lain), meskipun Islam menjadi agama mayoritas namun secara budaya masih banyak dalam kehidupan sehari-hari ditemukan kebiasaan yang dilakukan oleh penganut agama hindu dilakukan juga oleh umat Islam Indonesia. Argumen lain mengapa acara itu kemudian tetap ditayangkan adalah atas pertimbangan bahwa acara Mahabarat merupakan salah satu cerita yang sering diceritakan dalam pertunjukan wayang kulit di daerah Jawa, wayang golek di daerah Sunda dan sering juga menjadi bahan cerita dalam pertunjukan wayang orang. Pendek cerita, cerita Mahabarata masih diminati oleh penduduk Indonesia secara luas. Saat acara itu disiarkan senahagian besar masyarakat hindu di bali menunda semua aktifitas mereka untuk menyaksikan Mahabarat. Hasilnya acara tersebut Sukses merebut tv rating, dan adv agency yang memasang iklan juga Sukses. Contoh lain adalah Sinetron Si Doel anak Sekolah ditayangkan di RCTI beberapa tahun yang silam dan sudah tayang ulang beberapa kali pada Stasiun Tv yang sama. Awalnya acara tersebut telah ditawarkan kepada beberapa Stasiun Tv, dan tidak ada yang menyangka acara tersebut akan booming dan digemari oleh banyak orang, dan saat penayangannya dan pada episode selanjutnya sinetron tersebut telah full booking untuk commercial break Meski sinetronnya sendiri belum diproduksi. RCTI meraih untung besar dari acara tersebut. Tetapi tidak jarang juga ada acara yang memiliki keunikan yang tinggi dan tidak ada substitusinya tidak laku dijual. FI misalnya acara racing tersebut tidak ada duplikasinya sehingga acara tersebut dimasukan kedalam acara dengan kategori unik, orang hanya bisa menonton acara itu pada stasiun tv yang menayangkannya namun realitas menunjukkan adv agency kurang berminat dalam acara tersebut aneh memang namun itulah realitas dalam broadcast banyak hal yang tidak terduga. Kesalahan dalam memilih program dapat berakibat kerugian yang besar bagi perusahaan.
Jkt.9.Sept.09.fn.felicityjournalism

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HOME INDUSTRI KULIT LUMPIA