GAJAH BERTARUNG PELANDUK BINGUNG DITENGAH

Ada yang sayang untuk dilewatkan saat saya sedang membuat artikel untuk menjawab pertanyaan teman saya di S2 Bapak Yani mengenai program yang marketable dan saleable, yaitu aksi demo damai karyawan PT.Cipta TPI ke Mahkamah Agung. Seperti yang terlihat didalam gambar, pada tanggal 19 November 09 berlangsung aksi damai karyawan PT. Cipta TPI ke gedung Mahkamah Agung di jalan Merdeka Utara Jakarta Pusat. Aksi yang cukup besar melibatkan sekitar 400 karyawan dengan mengerahkan 6 bis dengan kapasitas 56 set ditambah 10 mini bis konvoi dari Pintu II TMII lokasi  dimana kantor TPI berada. Aksi ini adalah reaksi dari keputusan yang diambil oleh Pengadilan Niaga Jakarta pada tanggal 12 Oktober 09 yang mengabulkan gugatan pailit yang disampaikan oleh CCGL. Terlepas dari persoalan hukum yang membelit PT.Cipta TPI dengan CCGL ada yang menarik untuk dilihat lebih dari sekedar berempati kepada karyawan PT. Cipta TPI.
Sejak mengetahui dan menyadari bahwa TPI kini sudah dalam status Pailit, beragam reaksi muncul ditengah-tengah karyawan. Yang belum tahu pailit mencari tahu apa dan bagaimana perusahaan yang dipailitkan, setelah tahu kemudian berfikir lalu berkomentar "ya.... nggak mungkinlah TPI dipailitkan, kan keuangan TPI sehat, laporan keuangannya biru, diumumkan dikoran-koran mendapatkan keuntungan dari hasil usahanya" karyawan yang lain memberikan komentar "soal pailit bukan soal untung rugi tapi soal lu bayar nggak hutang lu" dan beragam komentar lainnya.
Gambarannya adalah karyawan mendadak menjadi pengamat dan menjadi analis soal pailit pasca keputusan pengadilan niaga tersebut. Sejak saat itu sebagian besar karyawan mulai resah, hantu pemutusan hubungan kerja mulai menghinggapi karyawan. Kekhawatiran menjadi pengangguran mulai menyergap, karyawan mulai khawatir bagaimana melanjutkan cicilan kendaraan, cicilan rumah, hutang kepada bank, bagaimana dengan biaya kesehatan, bagaimana dengan kelanjutan pendidikan anak-anak yang sedang sekolah, apa yang harus dilakukan pasca phk, kemana mencari kerja, dan seribu kegundah-gulanaan lainnya yang memenuhi rulung hati yang terekspresikan pada wajah dan semangat kerja.
Untunglah situasi itu tidak berlangsung lama direksi cepat bergerak karyawan lalu dikumpulkan dan pengarahan diberikan. Setelah menjelaskan secara hiostoris dan kronologis lalu dilanjutkan dengan penjelasan dipersidangan  hingga  akhirnya sampai pada fonis hakim. Direksi lalu meminta agar karyawan tidak usah resah dan tetap bekerja dengan penuh semangat karena perusahaan akan mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung. Pertemuan selesai karyawanpun bubar dan kembali bekerja seperti biasa.
Sayang ketenangan itu tidak berlangsung lama karena pada tanggal 16 Oktober 09 kurator yang ditunjuk pengadilan niaga mulai melaksanakan tugasnya dan perlawanan karyawan yang dimotori oleh serikat pekerja TPI memulai babak baru dalam aktifitas kerja karyawan.
Aksi demo bagi serikat pekerja merupakan peluang untuk memperkuat eksistensi lembaga dan organisasi  serta sekaligus mengukur bargaining position terhadap management, bila selama ini serikat pekerja serasa seperti onak dalam daging maka saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengaktualisasikan diri; jalan untuk itu telah terbuka dan peluang itu harus dimanfaatkan. Demo dilakukan ke Mahkamah Agung, ke Kom Nas Ham, ke ILO, DPR.RI, Dewan Perss, AJI, ATVSI, Menaker, KPI dan berbagai organisasi relevan lainnya, misi nya adalah menolak keputasan pengadilan niaga yang mempailitkan TPI. Usaha untuk memperkaya wawasan juga dilakukan dengan mengundang serikat pekerja dari perusahaan yang penah mengalami hal yang sama atau dengan mengundang pakar hukum untuk menjelaskan duduk persolaan tentang perusahaan yang dipailitkan.
Banyaknya informasi yang diperoleh dari beragam media ternyata tidak membuat persoalan menjadi lebih jelas. Keberagaman informasi yang diterima karyawan mulai yang diterima secara langsung, informasi yang dibaca melalui media cetak, penjelasan dari pakar hukum perdata dan niaga telah membuka dan memunculkan pandangan yang beragam atas aksi yang dilakukan. Banyak karyawan yang mulai ragu untuk siapa sebenarnya mereka berjuang bagaimana bila pihak yang dibela ternyata kalah bagaimana dengan nasib mereka, "pusing" itu lah kata yang paling banyak terucapkan.
TPI beruntung memiliki second layer management yang kuat, dibawah koordinasi second layer ini kegiatan operasional tetap dapat dijaga, yang luar biasa TVRT TPI terus membaik, dan secara perlahan visi perjuangan dapat kembali disatukan. Dan aksi di Mahkamah Agung pada tanggal 19 November 09 telah menyatukan organisasi serikat pekerja dengan management pada second layer untuk bersama-sama memperjuangkan agar TPI tetap on the air. Aksi damai yang diwarnai dengan menyanyikan lagu -lagu dangdut dan pernyataan akhirnya membuka jalan dialog antara panitera Mahkamah Agung dengan Perwakilan TPI. Sepucuk surat yang berisikan aspirasi karyawan diserahkan kepada Panitera Mahkamah.
Betapa besar harapan karyawan dan karyawati TPI terhadap kelangsungan hidup perusahaan tempat dimana mereka bekerja mencari nafkah, tempat mengaktualisasikan diri dan kreativitas, mengembangkan bakat anak bangsa dengan keanekaragaman budayanya, serta akses bagi sebagian besar masyarakat kelas menengah kebawah akan berbagai informasi, hiburan dan ilmu pengetahuan dari berbagai jenis acara yang ditayangkan. tercermin didalam isi surat yang disampaikan.
Karyawan juga berharap keputusan yang akan diambil oleh Mahkamah Agung tidak berakibat berhentinya kegiatan produksi acara dan penyelenggaraan siaran. Karyawan TPI juga mendukung penuh proses hukum yang sedang berlangsung, dan meminta majelis hakim yang memeriksa perkara dapat meneliti dengan cermat, memeriksa dengan seksama, mempertimbangkan dengan bijaksana dan memutuskan dengan adil perkara tersebut.
Tersirat juga permintaan agar hakim independent, tidak terprovokasi atas berbagai aksi yang ilegal yang dapat mempengaruhi rasa keadilan dalam pengambilan keputusan.
Tentu saja pada akhirnya karyawan TPI sangat berharap keputusan kasasi ini menjadi jalan keluar yang terbaik dari kemelut yang dihadapi. Melihat  isi pesan dalam surat itu kelihatannya kini pelanduk tidak lagi bingung.
Semoga aksi yang mengusung segudang harapan itu menjadi kenyataan.
Jkt.19.Nov.09.fn.felicityjournalism.blogspot.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HOME INDUSTRI KULIT LUMPIA