RUMAH SINGGAH DAN SANGGAR BELAJAR PEDONGKELAN

Hari ini suatu keberuntungan bagi saya dapat berkunjung dan melihat aktifitas rumah singgah dan sanggar belajar untuk anak-anak didaerah kumuh ibukota yang gemerlap Jakarta. Kunjungan ke sanggar belajar ini sempat tertunda karena lokasi yang akan dikunjungi digenangi air oleh hujan lebat beberapa hari yang lalu dan hari ini dalam jadwal yang singkat langit cerah dan lokasi tidak banjir.
Sanggar belajar Mentari Sekar menampung 130 anak-anak dari berbagai tingkatan sekolah, tk. sd, smp dan sma. Dengan tiga tutor para relawan serta dua orang tua asuh anak-anak dari berbagai tingkat pendidikan ini belajar bersama dengan fasilitas seadanya dan pada tempat dan kondisi yang jauh dari nyaman. Jangan bayangkan tempat ini seperti tempat bimbingan belajar yang banyak tersebar di berbagai tempat di kota Jakarta, sanggar mentari sekar ini berdiri diatas tanah situ yang tidak terawat, dibuat dari potongan papan, kayu, atap bekas dan dengan "disign seketemunya". Selain memberikan bimbingan belajar pada siang hingga sore hari, pada malam hari anak-anak dan orang tua disekitar daerah itu dapat belajar ilmu agama atau membaca Al Qur'an seperti pengajian kebanyakan yang dilakukan umat Islam.
Seorang warga didaerah itu Ahmad Hidayat Bapak dari 5 orang anak dan kakek dari seorang cucu merupakan potret keluarga miskin dari 380 atau setara dengan 1600 jiwa yang terdapat di rt tersebut menuturkan, pekerjaan sehari-harinya sebagai anggota Linmas mendapatkan penghasilan sebesar lima ratus ribu rupiah sebulan, penghasilan yang jauh dari cukup untuk dapat hidup sederhana dikota seperti Jakarta. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya ia bekerja sebagai tukang ojek paruh waktu, dari usaha ojek nya tersebut Ia mendapatkan tambahan penghasilan sekitar tiga puluh ribu perhari.
Kebanyakan warga yang tinggal disekitar sanggar bekerja pada sektor informal seperti pedagang asongan, security, supir dengan penghasilan 30 sampai dengan 50 ribu per hari. Sepanjang gang senggol (sempit) yang mengitari satu rumah dengan rumah lainnya terdapat banyak ibu-ibu rumah tangga yang berdagang berbagai macam gorengan seperti bakso goreng, bakwan, pisang dan tempe goreng dan beberapa diantaranya juga membuka warung kecil didalam rumah yang menjual makanan kering jajanan anak-anak. Gambarannya adalah terlihat adanya usaha untuk mendapatkan penghasilan meski tidak jarang mereka harus memakan modal dagangannya. Bila demikian maka sulit dihindari untuk mencegah anak-anak dalam usia belajar ini tidak turun kejalan raya untuk mengamen atau meminta-minta disimpang jalan perintis kemerdekaan dan dibawah fly over cawang - tanjung periuk. 
Melihat kondisi ekonomi masyarakat tersebut kita berharap apa yang dilakukan oleh sanggar mentari sekar membawa harapan kepada kehidupan yang lebih baik bagi generasi muda mereka apalagi dengan antusias yang mereka tunjukkan dalam belajar bersama didalam sanggar. Dengan sedikit bantuan dan stimulan untuk modal usaha serta bimbingan kewirausahaan mungkin kehidupan mereka akan menjadi lebih baik.
Bagi warga kota yang memiliki uang lebih dari cukup dan ingin berderma tidak salah memilih untuk membantu apa yang dilakukan oleh sanggar mentari yang terletak di Kecamatan Pulogadung Kelurahan Pedongkelan Rt 6, Rw 15 di Jalan Perintis Kemerdekaan Jakarta Timur. Perusahaan besar yang telah memiliki program CSR tentu memiliki peluang lebih besar untuk memberikan andilnya dalam program seperti yang dilakukan oleh banyak sanggar dan rumah singgah yang bertebaran diberbagai tempat pada pemukiman warga kurang mampu di kota Jakarta.
Jkt.22.Jan.10.fn.felicityjournalism

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HOME INDUSTRI KULIT LUMPIA